Sepertinya baru kemarin saya masuk di kelas yang ada taruna ndableg, pura-pura tidur sambil menggunakan kipas mini, badan tinggi besar, selalu duduk di pojok belakang. Ketika dilihat isi tasnya, hanya ada satu buah buku campuran, satu pulpen dan power bank. Saya tidak marah, saya tidak jengkel karna saya juga pernah sekolah, saya mencoba mengerti apa yang kalian rasakan ketika pagi-pagi sudah dilatih di lapangan, kemudian belajar di dalam kelas. Yaa, cukup menyiksa.
Satu kelas ini memang luar biasa, hanya ada 3 murid perempuan yang seakan tenggelam dengan kedigdayaan murid laki-laki dengan tampang sok sangar dan sok gagah. Saya masuk di jam ke 5 dan 6 hanya ada beberapa murid di dalam kelas. Ketika saya bertanya "mana yang lain?" Beberapa menjawab "masih istirahat makan pak". Yasudah, saya mengalah, sekali lagi karna saya juga pernah sekolah. Ketika saya cek kahadiran kalian satu-persatu, ada catatan cukup menggelikan. Murid yang sering menghilang dari kelas, ya itu itu saja, ya hanya oknum itu saja. Sampai pada akhirnya, saya mendengar istilah 5F. Ha ha ha. Lucu luar biasa, kreatif inovatif meski kurang tepat.
Kelas sebelah, terasa berbeda. Setiap saya masuk, kelas terasa lebih hening meskipun jumlah orang di dalam kelas lebih banyak daripada kelas sebelah. Tetapi justru terlihat masih banyak yang memejamkan mata di atas meja. Kalian terlihat mengantuk, bermalasan, entah karena apa. Saya mencoba bercerita tentang apa itu "Karantina" dan saya berikan beberapa gambar. Itu seketika membuat kelas bangun, beberapa oknum yang tadinya tertidur, justru aktif dan banyak bertanya, terutama kamu yang selalu memelihara kumis tipis.
Satu kelas lagi, memang saya tidak mengajar pelajaran apapun. Tapi pernah saya penasaran bagaimana rasanya masuk di kelas yang waktu itu terkenal luar biasa. Luar biasa kompaknya, satu tidur, tidur semua. Satu di kantin, yang lain ikut juga. Sampai suatu saat saya diseret oleh salah satu oknum, dia bilang "Pak, masuk kelas sini, saya ingin tahu cara bapak mengajar". Saya berpikir waktu itu bahwa anak ini lagi ngetes. Tapi saya tidak kehilangan akal. Daripada ngomong gak jelas, saya berikan beberapa games pengasah otak. Tentang mengubungkan 9 titik dengan garis yang tidak boleh terputus. Ternyata kelas yang waktu itu dicap "pemalas" juga bisa aktif, bisa mengeluarkan pendapat, berani berbicara di hadapan teman-temannya. Di akhir pembiacaraan, kalian malah meminta saya memberikan games lagi dan berharap saya sering-sering masuk kelas kalian.
Mungkin saya baper, gara-gara kemarin, untuk pertama kalinya kita berlatih untuk Upacara Wisuda kalian. Serasa baru kemarin kita mempersiapkan Wisuda Angkatan IV, dan sekarang sudah persiapan Wisuda Angkatan V. Sampai saya menungkan perasaan itu melalui tulisan ini. Saya hanya ingin kalian membaca ini dan mengingat bahwa meskipun kita berkumpul bersama tidak sampai 2 tahun, tapi benar-benar memberikan kesan, menambah warna dan melukiskan kisah yang layak untuk dikenang seumur hidup saya.
Bravo Angkatan V Semakapura....... Kalian unik, luar biasa.